Kadang
kala orang menghadapi penderitaan fisik dan rohani serta berbagai
kesulitan di dunia. Perasaan-perasaan (penderitaan) ini begitu kuat
sehingga tidak bisa dibandingkan dengan rasa sakit fisik manapun.
Perasaan yang menyebabkan tekanan besar dalam jiwa manusia yang dimaksud
disini adalah sebuah perasaan yang disebut dengan 'penyesalan'.
Ada
dua bentuk penyesalan yang sangat berbeda satu sama lain. Yaitu,
penyesalan yang dirasakan oleh orang beriman dan penyesalan yang
dialami orang yang tidak beriman (kafir).
Orang-orang
yang beriman adalah orang-orang yang memiliki kepercayaan sepenuhnya
bahwa setiap peristiwa yang terjadi merupakan Kehendak Allah, dan apa
pun yang menimpa mereka juga atas Kehendak Allah. Hal ini menjelaskan
betapa mereka memiliki kepercayaan penuh dan tidak berputus asa pada
Tuhan serta melaksanakan ibadah untuk memperoleh ketenangan, pada
waktu-waktu yang utama, baik ketika berada dalam masalah atau ketika
mereka melakukan kesalahan. Ketika melakukan kesalahan, orang beriman
segera bertobat dengan tulus dan berharap ampunan dari Allah. Oleh
karena itu, ia tidak mengalami penderitaan batin yang amat sulit dan
penyesalan hidup yang berkepanjangan. Penyesalan yang dirasakan oleh
orang beriman mendesak mereka untuk bertobat, untuk menyucikan diri dan
mencegah mereka untuk mengulangi kesalahan ini. Hal ini membantu mereka
memperbaiki kesalahan mereka dan mencegah mereka terjun ke dalam suasana
hati yang amat sulit dan pesimis. Selain itu, penyesalan ini tidak
mengurangi antusiasme mereka, pengabdian, atau semangat keagamaan, dan
juga tidak menyeret mereka pada sebuah lingkaran ketakutan dan depresi.
Di
sisi lain, penyesalan yang dirasakan oleh orang-orang kafir sangat
menyedihkan dan konstan, karena mereka tidak bertawakal kepada Allah
ketika mereka menghadapi kesulitan atau melakukan hal yang dilarang oleh
Allah. Sepanjang hidup mereka, mereka sering mengungkapkan "Saya
berharap saya tidak melakukan ini ..." "Saya berharap saya tidak pernah
mengatakan ini ...", dan sebagainya.
Lebih
pentingnya lagi, orang-orang kafir akan terjebak pada sebuah penyesalan
yang jauh lebih besar di akhirat. Mereka yang memisahkan urusan agama
dengan urusan dunia (sekuler), akan menyesal setiap saat dalam kehidupan
mereka. Mereka telah diberi peringatan sebelumnya dan ditunjukkan jalan
yang lurus. Mereka memiliki cukup waktu untuk merenungkan dan
memikirkan mana yang benar. Namun mereka tidak mendengarkan ketika
mereka diperingatkan, mengabaikan akhirat seolah-olah mereka tidak akan
pernah mati. Kemudian di akhirat, mereka tidak akan memiliki kesempatan
untuk kembali ke dunia ini dan memperbaiki kesalahan mereka. Dalam
Al-Qur'an, ungkapan penyesalan mereka tertulis sebagai berikut:
Sesungguhnya
Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat,
pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya;
dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah
tanah."
(QS. An-Naba', (78):40)
Dan
jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu
mereka berkata: "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak
mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang
beriman", (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan).
(QS. Al-An'am, (6):27)
Mereka akan berkata:
Dan
mereka akan berkata: “Kalau saja kami benar-benar mendengarkan atau
menggunakan akal kami (memikirkan peringatan itu), maka tidaklah kami
termasuk penghuni-penghuni neraka yang apinya menyala-nyala.”
(QS. Al-Mulk, (67):10)
Perlu
diingat bahwa pada hari itu tidak seorang pun yang menyesal akan
diselamatkan dari murka Allah. Satu-satunya cara untuk menghindari
penyesalan ini adalah dengan tunduk kepada Allah selagi masih ada waktu
dan mematuhi segala perintah Allah.
Patuhilah
seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat
ditolak kedatangannya. Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari
itu dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu).
(QS. Asy-Syuura, (42):47)
0 komentar:
Posting Komentar